Intimidasi (bullying) di tempat kerja bukan hal baru. Sebagian besar korban bullying adalah perempuan. Survei yang dilakukan Workplace Bullying Institute Amerika Serikat mencatat sekitar 37 persen pekerja menjadi korban bullying.
Penulis sebuah penelitian, Karan Smith, mengatakan sekitar 40 persen dari pelaku bully di tempat kerja di AS adalah perempuan. Korban bullying sebagian besar adalah perempuan. Selain itu, pria pelaku bully juga sering memilih perempuan sebagai korbannya.
Berikut beberapa hasil pengamatan terkait bullying di tempat kerja:
1. Bullying memiliki banyak bentuk
“Taktik bully dari yang bersifat keras–berteriak, membanting pintu, dan ngomel–hingga yang halus, misalnya karyawan yang dibully tidak diikutsertakan dalam pertemuan penting atau ditugaskan tanpa sumber daya yang memadai untuk menyelesaikan pekerjaan rekannya. Rekan kerjanya bisa direkrut dalam ekspedisi untuk mengisolasinya. Di belakang korban, pengganggu melancarkan aksinya, meskipun bos sendiri sering menjadi penyebabnya,” kata Karan.
2. Pelaku bully memilih karyawan yang baik sebagai korban
“Karyawan yang diserang sering kompeten, berkomitmen pada satu prinsip, dipilih untuk kekuatannya, bukan kelemahannya,” ujarnya.
3. Ikan membusuk dari kepala
“Bullying biasanya terjadi dalam kepemimpinan yang buruk,” kata Karan.
4. Bullying menciptakan penyakit
Korban bully akan sering mengalami tekanan darah tinggi, depresi, diabetes, dan bahkan masalah di tempat kerja seperti gangguan pasca-trauma stres.
Cara terbaik untuk mencegah bullying, baik pria maupun wanita, adalah mempertimbangkan alasan sosial yang mendasar mengapa hal itu terjadi di tempat pertama.
Sumber: Metrotvnews.com