Jakarta – Tidak ada orang tua yang ingin anaknya jadi korban bullying. Namun pakar mengingatkan bahwa bukan hanya mencegah anak jadi korban, orang tua juga harus bisa mencegah anak jadi pelaku bullying.
Ratih Zulhaqqi, MPsi, psikolog sekaligus pemerhati anak mengatakan bahwa orang tua harus bisa menyetop lingkaran bullying. Hal ini dapat dilakukan dengan mencegah anak menjadi korban ataupun menjadi pelaku.
“Menyetop ingkarang bullying bisa dengan mencegah anak jadi korban. Caranya ya misalnya dengan meningkatkan kemandirian anak, meningkatkan self-esteemnya atau menumbuhkan keberanian pada anak,” tutur Ratih dalam talkshow Internet Sehat Bagi Anak di acara detikcom Women’s Day with BNI Syariah, di Gandaria City, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dan ditulis Minggu (17/5/2015).
Setelah mencegah anak jadi korban, orang tua juga harus memastikan agar anak tak jadi pelaku. Ratih menjelaskan bahwa salah satu faktor risiko besar yang dapat membuat anak jadi pelaku bullying adalah orang tua yang bertengkar di depan anak.
Anak, dijelaskan Ratih, menyerap apa yang terjadi di lingkungan sekitar. Jika orang tua sering menyelesaikan masalah dengan bertengkar, maka anak pun akan melakukan hal yang sama.
“Anak mencontoh perilaku orang tua. Jika orang tua menyelesaikan masalah dengan bertengkar, anak akan mengikutinya. Makanya sangat disarankan agar tidak bertengkar di depan anak,” urainya lagi.
Cara lain untuk mencegah anak agar tak menjadi pelaku bullying adalah dengan melakukan pendekatan emosial. Ratih menjelaskan bahwa jika orang tua mempunyai kedekatan emosional dengan anak, maka anak tidak akan melakukan perbuatan yang menurutnya tidak benar.
“Jadi jangan asal larang-larang, atau marah-marah. Kalau orang tua dekat secara emosional kepada anak, anak tetap akan menjalankan perilaku yang diajarkan orang tua, meskipun saat itu tidak sedang berada di dekat orang tuanya,” pungkasnya.
Sumber: detik.com