Sekitar 1.500 anak yang pernah menjadi korban bully saat masih anak-anak, dites oleh peneliti dari Duke University, North Carolina. Peneliti ingin melihat kemungkinan penyakit korban bully terhadap penyakit saat usia dewasa. Hasilnya, peneliti menemukan tingginya risiko stroke pada korban bullying setelah melihat trauma masa kanak-kanak.
Penleitian yang diterbitkan dalam jurnal roceeding of National Academy of Sciences tersebut bahkan menyebutkan, kadar protein darah pada anak yang pernah dibully, rentan dengan serangan jantung dan stroke. Namun, sebaliknya
“Semakin anak diganggu, protein C-reaktif akan lebi kuat. Sebaliknya, anak yang suka
membully, memiliki tingkat protein yang rendah. Tampaknya, peningkatan status sosial memiliki keuntungan biologis,” ungkap Peneliti dari Duke University di North Carolina, Dr William Copeland, seperti dilansir dari Dailymail, Jumat (16/5/2014).
Peneliti juga menemukan adanya efek bullying terhadap gizi buruk, kurang tidur dan faktor-faktor lain yang diketahui mempengaruhi tingkat protein C-reaktif.
Sebuah penelitian di Inggris sebelumnya, menemukan bahwa korban bullying cenderung memiliki kesehatan mental dan fisik yang lebih buruk 40 tahun kemudian atau pada usia 50.
“Kita harus menjauh dari persepsi bahwa bullying hanyalah bagian yang tidak termasuk dari masa pertumbuhan. Guru, orang tua dan pembuat kebijakan harus menyadari kalau apa yang terjadi di sekolah sangat berdampak jangka panjang bagi anak-anak,” tulis peneliti.