Bully, sebuah istilah yang populer belakangan ini, sebetulnya sudah ada sejak dulu, hanya namanya saja yang berbeda.
Di tahun 80-an atau 90-an, orang lebih mengenalnya dengan istilah pelonco. Tindak intimidasi ini kerap dialami oleh pelajar, baik di sekolah maupun perguruan tinggi.
Mungkin berawal dari masa orientasi awal masuk sekolah atau universitas. Dimana siswa yang senior ‘mengerjai’ siswa baru. Alasannya, untuk menggembleng mental siswa baru agar tidak bermental ‘tempe’ dan belajar menghadapi kehidupan yang lebih keras.
Tapi nampaknya, keisengan ini terus berlanjut walau masa orientasi telah selesai. Ada saja yang bisa dijumpai dalam keseharian di sekolah, saat yang merasa superior menindas yang lemah.
Tindak pelecehan di sekolah ini perlu mendapat perhatian serius dari orang tua dan guru. Terutama, untuk mencegah terjadinya sesuatu yang kelewat batas, apalagi sampai meninggalkan pengalaman traumatis pada siswa-siswa yang di-bully.
Sebuah komunitas komik, Reonites, mencoba mengangkat fenomena ini di facebook. Hasilnya, tak kurang dari 325 komentar yang masuk dalam status di facebook yang diunggah 14 Oktober 2014 lalu tersebut.
“Di SMP aku pernah di-bully…aku dihina. Aku jadi trauma deketin temen. Jadi penyendiri..kadang aku dilemparin sampah, kadang dilempar botol isi air, diludahin pula. Aku di-bully sama cowok di sekolah itu, karena mereka enggak suka karena aku gendut,” tulis Mizuki Eiko.
Ada juga yang melihat bahwa korban bully umumnya akan lebih berhasil ketika dewasa, seperti yang ditulis oleh Shandy The Kill, “Orang yang sering di-bully memiliki rasa psycho yang lebih tinggi daripada pem-bully itu sendiri. Sedangkan pem-bully memiliki rasa depresi dan masa depan yang suram ketika dewasa…true story.”
Chris Lie, komikus yang juga editor in-chief re:ON Comics, tertarik untuk mengangkat kisah-kisah korban bully tersebut menjadi sebuah komik dengan harapan agar masalah pelecehan ini mendapat perhatian yang lebih serius.
“Terus terang kami prihatin juga banyak remaja kita yang mengalami perlakuan tidak baik dari teman-teman mereka di sekolah. Karena itu kami ingin mengangkat kasus ini supaya lebih mendapatkan perhatian dan berencana membuatnya menjadi komik. Kami berharap agar para orangtua lebih menaruh perhatian mengenai hal bully-mem-bully tersebut,” tutup Chris.
AWP
Sumber: MetroTV News