Kinan pulang dari sekolah merajuk ke saya. “Bi, besok Kinan gak mau sekolah,” katanya. “Ada yang nakal Bi. Nyubit Kinan sampe pedes,” katanya lagi saat ditanya kenapanya. Penuturan Kinan membuat saya memahami apa yang terjadi. Kinan telah mengalami semacam “bullying” (baca: penindasan).
Selain secara fisik, penindasan pun dapat dilakukan secara verbal, atau dalam bentuk pemerasan, pemerkosaan, pengasingan, dan lain sebagainya. Anak-anak di sekolah rawan akan tindakan ini. Jika penindasan ini dibiarkan maka semakin menambah deret panjang korban penindasan yang terkadang berakhir dengan kematian.
Bersyukur Kinan mampu untuk berkomunikasi kepada abinya. Karena tidak semua anak-anak memberi tahu kepada orang dewasa tentang penindasan yang dialaminya. Namun mereka tetap tidak bisa membohongi kita sebagai orang tua. Biasanya mereka memberikan tanda-tanda. Oleh karenanya sebagai orang tua perlu kenal, cermat, dan memahami tanda-tanda itu.
Buku terbitan Serambi yang berjudul Stop Bullying! Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga SMU dan ditulis oleh Barbara Coloroso ini mengulas ke-14 tanda-tandanya.
- Adanya penurunan minat yang tiba-tiba di sekolah atau tidak mau pergi ke sekolah;
- Anak tidak menempuh rute biasa yang ditempuh untuk pergi ke sekolah;
- Prestasi anak menurun dan sulit berkonsentrasi karena trauma dan ketakutan atau bahkan merencanakan upaya balas dendam;
- Anak tidak mau terlibat dalam kegiatan keluarga dan sekolah, mereka ingin dibiarkan sendiri. Jika anak mengunci pintu kamarnya dan menangis, bisa jadi ia mengalami penindasan itu;
- Sepulang sekolah, anak merasa kelaparan serta mengaku kehilangan uang jajan atau tidak lapar di sekolah. Padahal itu sekadar alasan karena sesungguhnya ia telah mengalami pemalakan;
- Anak mencuri uang dari orang tua dan membuat dalih yang sulit dipercaya tentang penyebab hilangnya uang tersebut. Padahal bisa jadi anak Anda sedang diancam dan ditakuti kecuali menyerahkan sejumlah uang pada pemalak;
- Sesampainya di rumah, anak tergesa-gesa pergi ke kamar mandi. Anak Anda terlalu sering menahan air kencing. Di sekolah, lokasi toilet sering menjadi tempat favorit buat para penindas. Anak Anda lebih baik kena serangan infeksi kandung kemih daripada kena tindas lagi;
- Anak merasa sedih, pendiam, tetapi gampang marah. Atau anak menjadi ketakutan setelah menerima telepon atau e-mail. Karena anak Anda merasa tidak bisa melarikan diri dari hinaan dan cercaan para penindas;
- Anak melakukan sesuatu yang bukan karakternya seperti membolos atau melakukan hal yang tidak sopan yang tidak pernah dilakukan anak Anda;
- Anak menggunakan bahasa yang merendahkan atau menjatuhkan martabat ketika bicara tentang rekan-rekan sebaya;
- Anak Anda tidak lagi menceritakan rekan-rekan sebaya dan aktivitas sehari-hari karena anak Anda merasa tidak ada cerita bahagia yang bisa dibagi selain cerita penuh derita karena sering ditindas;
- Baju berantakan, robek, atau hilang disebabkan perkelahian dengan para penindas padahal anak Anda sebenarnya dipukuli;
- Anak menderita cedera fisik yang tidak konsisten dengan penjelasannya. Anak Anda malu mengakui bahwa dirinya telah ditindas;
- Anak mengalami sakit perut, pusing, kepanikan, keadaan sulit tidur atau sangat sering tidur, kelelahan. Adrenalin yang keluar berlebihan karena stres menghadapi tekanan membuat perutnya mulas, gerakan anggota tubuh yang tak dapat dikendalikan, dan otak tak berfungsi. Secara perlahan sistem akan rusak, dan tubuh serta benak akan menjadi sangat kelelahan.
Semoga semua orang tua bisa mengenali dan memahami tanda-tanda ini sehingga tahu langkah terbaik dalam penanganan anak yang menjadi korban penindasan ini.
Sumber: Dakwatuna.com