Bullying atau “mengolok” menimbulkan konsekuensi kesehatan jangka panjang, baik bagi anak yang di-bully maupun mereka yang melakukan.
Studi menunjukkan anak-anak yang di-bully mengalami penderitaan sosial dan emosional. Riset baru menunjukkan korban bullying tampaknya menderita radang sistemik yang kronis, yang bisa memicu penyakit-penyakit seperti diabetes dan penyakit pembuluh darah pada masa dewasa.
Di saat bersamaan, pelaku bullying mungkin sesungguhnya meraih manfaat sosial dari tindakannya, yang mendorong kesehatan yang baik. Temuan itu dilaporkan tim peneliti Universitas North Carolina di Chapel Hill dan Universitas Emory di Atlanda – Georgia dalam laporan berjudul “Proceedings of the National Academy of Sciences”.
Dalam penelitian selama 20 tahun atas 1.400 individu yang dipilih secara acak, tim peneliti mendapati tanda terjadinya peradangan tingkat tinggi yang disebut C-reactive protein atau CRP dalam tubuh orang dewasa yang di-bully sewaktu anak-anak. Kelompok itu dibandingkan dengan anak-anak yang menjadi korban dan sekaligus pelaku, dan individu yang diidentifikasi sebagai pelaku bullying saja.
Jumlah bullying yang diterima anak-anak terkait dengan tingkat CRP pada masa dewasa, yang meningkat terkait beragam faktor tekanan termasuk gizi buruk, kurang tidur dan faktor psikososial.
Ketiga kelompok itu menunjukkan peningkatan kadar sebagai orang dewasa tetapi mereka yang telah menjadi korban dan sekaligus pelaku bullying, memiliki tingkat CRP yang lebih rendah, serupa dengan kelompok pelaku bullying.
Tim peneliti menyimpulkan bahwa pelaku bullying mungkin menikmati peningkatan status sosial, yang diukur dari tingkat peradangan yang rendah. Malahan bullying mungkin melindungi pelakunya dari peningkatan CRP sementara menciptakan konsekuensi yang mirip dengan trauma masa kecil lain pada diri korbannya.