kehidupan saat sekolah dengan saat bekerja tentunya punya perbedaan. Tetapi ada hal yang sering dialami di sekolah dan terulang kembali di tempat kerja, salah satunya adalah masalah bullying. Seiring dengan semakin bertumbuhnya seseorang, bentuk bullying pun berubah.
Jika masa sekolah bentuk bullying tampak terjadi terang-terangan, di tempat kerja justru sebaliknya. Dilansir oleh huffintonpost.com, para peneliti di University of British Columbia menemukan bahwa bentuk bullying yang terjadi di tempat kerja adalah pengucilan. Mengejutkan, justru dampak dari pengucilan ini tak jauh berbeda dengan serangan yang terjadi secara langsung lho.
Sandra Robinson, salah satu tim peneliti meneliti perilaku di tempat kerja selama lebih dari satu dekade. Ia mendefinisikan pengucilan sebagai kegagalan seseorang untuk terlibat secara sosial dengan individu lainnya. “Misalnya, ketika Anda berjalan ke pantry dan bertemu orang lain. Anda dan rekan Anda sama-sama diam dan tidak saling menyapa. Anda duduk sendiri di ruang makan sementara sekelompok teman kerja Anda asyik makan dalam satu meja. Ada berbagai bentuk pengucilan yang tak ada habisnya. Artinya Anda tidak menerima apa yang seharusnya Anda terima dalam situasi tertentu.”
Untuk menentukan perilaku ini, Sandra dan rekan-rekannya meminta 90 manajer untuk menjawab persepsi mereka tentang pengucilan dan intimidasi di tempat kerja. “Kami menemukan bahwa pengucilan dipandang lebih ‘ringan’ dan dapat ditolerir karena tidak menyebabkan sang pelaku terlibat masalah dalam pekerjaannya. Hal ini juga dianggap tidak berbahaya seperti perilaku intimidasi.”
Namun, pengucilan memiliki efek yang sama buruknya dengan bullying. Orang-orang yang melaporkan punya pengalaman ini memiliki kecenderungan tidak puas pada pekerjaannya, berhenti dari pekerjaan, merasa kurang berkomitmen untuk pekerjaan mereka dan mengalami masalah kesehatan yang cukup parah.
Sumber: Vemale.com