Fenomena bullying memang tak henti-hentinya terjadi di masyarakat. Apalagi di kalangan para remaja. Emosi yang masih labil dan masih berada dalam pencarian jati diri kerap membuat bullying di antara mereka semakin menjadi.
Belum lagi kini bullying tak hanya bisa dilakukan secara langsung. Ada juga yang melakukannya di ranah cyber sehingga disebut cyber bullying.
Pasti Anda sering juga menjadi saksi atau bahkan korban cyber bullying. Misalnya saja saat satu orang menghina orang lainnya, menghakimi dengan bahasa yang tidak pantas diucapkan lewat sosial media.
Para pelaku bullying sering kali tak segan menyerang korbannya. Bahkan di akun Instagram saja sering kali banyak komentar bernada menghakimi.
Tapi tahukah Anda dibalik ‘kekuatan lisan’ para pelaku bully yang sanggup menyakiti hati orang lain bisa jadi terselip alasan yang justru bertolak belakang dengan perilakunya. Psikolog remaja dan anak Vera Itabiliana mengatakan salah satu faktor yang membuat seseorang melakukan bullying adalah rendahnya self esteem.
“Dia kelihatannya saja jago. Tapi di balik itu bisa jadi dia low self esteem,” ujar Vera dalam acara Funtastic You yang diadakan Marina di Hotel Gran Melia, Jakarta Selatan, Selasa (5/5).
“Untuk menutupinga dia menunjukkan power dan merendahkan orang lain,” kata Vera menambahkan.
Dengan bullying mereka mendapatkan power untuk menguasai sesuatu dan merendahkan orang lain, kata Vera. Tapi sebenarnya, tak hanya masalah self esteem, pelaku bullying juga terkadang mempunyai latar belakang kehidupan yang tak baik.
“Ada yang pelaku bullying yang karena pola asuh, disiplin yang keras hukuman fisik. Ada juga yang selalu dapat dia mau. Macam-macam,” katanya.
Jika Anda sering menjadi korban bully, Vera memberikan saran untuk menghadapi para pelaku bully. “Cara terbaik melawan adalah dicuekin,” kata Vera.
Namun ketika bully terjadi di ranah cyber, Vera menganjurkan untuk menyimpan semua data dan informasi yang ada. “Informasi dan datanya kita keep jangan dihapus,” ujarnya. Hal ini semata-mata dilakukan untuk menghimpun bukti manakala terjadi hal yang tidak diinginkan.
“Cyber bullying kan sudah ada hukumnya. Kalau sudah keterlaluan bisa tempuh jalur hukum,” kata Vera menyatakan. “Tapi kalau bisa enggak usah dianggap, tidak perlu dibalas, direspons. Kalau perlu tutup akunnya.”
Sumber: CNNIndonesia.com