SOBERLYING yang digelar Mahasiswa Hubungan Masyarakat G Fakultas Ilmu Komunikasi Unviersitas Padjajaran (Humas G Fikom Unpad) ini seolah menjadi magnet tersendiri, khususnya bagi kalangan anak muda.
Bagaimana tidak, bully mem-bully di kalangan anak muda seolah menjadi fenomena sehari-hari khususnya bagi pengguna aktif media sosial.
Salah satu pengunjung Soberlying Day, Teguh Nurhidayat mengatakan, acara ini sangat baik. Sebab, dalam acara tersebut pihak penyelenggara mengangkat tema yang hangat diperbincangkan di kalangan anak muda saat ini.
Selain talkshow mini, pihak penyelenggara membuat satu ruangan yang diberi nama ruang bully. Di ruangan itu segala bentuk bully direkam dalam bentuk settingan dan pengunjung bisa mendengarkan suara bully itu yang tidak semestinya dilakukan.
Dia menambahkan, acara tersebut seolah memberikan bentuk edukasi kepada anak muda tentang bahayanya bully mem-bully. Bukan hanya itu, acara ini pun secara tidak langsung memberi kesadaran kepada anak muda tentang dampak buruk bully.
“Kalo menurut saya acaranya bagus, soalnya bullying ini buat dampaknya cukup bahaya juga, misalnya seseorang bisa jadi mider, enggak percaya diri dan lainnya. Ini kan, untuk menyadarkan semua juga, bahwa bullying itu enggak baik,” ujarnya saat ditemui INILAH, Minggu (7/8).
Bullying hanya merendahkan atau menjelek-jelekkan orang lain baik secara fisik maupun ucapan yang tidak semestinya dilontarkan. Sementara di Kota Bandung sendiri, kasus-kasus bullying tidak bisa di pukul rata, dalam hal ini tergantung dari lingkungannya itu sendiri.
“Kalau menurut saya tergantung sama lingkungannya sih, jadi ketika lingkungannya banyak yang mem-bully berarti itu parah. Tapi ada juga lingkungannya yang biasa-biasa saja,” terangnya.
Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi Unpad ini mengatakan, kasus bullying bisa dikatakan positif juga negatif, sebab menurutnya, ketika seseorang mem-bully pada korbannya, hal ini tergantung kepada orang tersebut, apakah bully itu menjadi satu motivasi bagi dirinya atau malah menjadi hal yang buruk.
“Kalau yang saya tahu, bahkan bullying itu ada yang bersifat positif juga, karena ada perkataan dari orang lain yang jelek-jelek, bisa aja buat motivasi buat kitanya yang di bully. Jadi kalau menurut saya sih, tergantung orangnya juga,” ucapnya.
Meski begitu, acara ini, setidaknya bisa membuka pikiran orang-orang yang hobi mem-bully. Bahkan dia menyebut, acara seperti ini harus lebih diperlebar, agar masyarakat khususnya bagi anak muda bisa mengetahui lebih dalam lagi tentang bahayanya bully.
“Mungkin efek sekarang-sekarang belum ada yang bunuh diri dari bullying ini, tapi kan, ke depannya bisa aja kalau dibiarkan mereka bisa bunuh diri. Menurut saya seharusnya makin banyak juga acara seperti ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,” terangnya.
Dia berharap, kasus-kasus cyber bullying bisa terus berkurang, sehingga tidak ada lagi orang-orang yang sesuka hati merendahkan orang lain di hadapan masyarakat, ataupun di media sosial.
“Saya harap sih, bisa saling menghargai sesama orang. Bullying itu menurut saya lebih parah di media sosial, karena orang-orang bisa tahu, dan itu parah bisa mencakup banyak orang, lain halnya kalau kita sedang kumpul biasa, itu kan orang-orangnya kelihatan,” pungkasnya. (rey)
Sumber: Inilahkoran.com